Rabu, 03 Oktober 2012

Negeri Dongeng


Day one…

Hari pertama saya menginjakkan kaki di Jerman, tepatnya di bandara Frankfurt am Main. Hmm, banyak bule J) . Saya bersama Vau tersesat. Ya, tersesat. Kami tidak tahu harus kemana tepatnya setelah kami tiba di bandara. Papan petunjuk menunjukkan bahwa kami harus menuju ke lantai bawah untuk ‘claim baggage’. Setelah tiba di lantai bawah, kami semakin tambah bingung, ada sekitar 200 orang berkumpul dan mengantri di berbagai loket. Kami yang tidak tahu apa-apa sempat mengantri dari satu loket ke loket lain, berpindah-pindah. Hingga akhirnya kami bertemu sesama mahasiswa Indonesia, mereka hendak mengikuti Sommerkurs, ah, dan saya lupa menanyakan nama ataupun dimana mereka tinggal, tetapi saya sempat mengabadikan beberapa foto bersama mereka.



 



Akhirnya kami menemukan loket yang benar haha, loket itu bertuliskan ‘alle pass’ atau semua jenis paspor, untuk pendatang, karena ada loket lain yang di khususkan untuk warga UE (Uni Eropa) saja. Ketika saya menyerahkan paspor, petugas tertawa karena melihat foto visa saya. Hm, oke saya ngerti… itu foto 80 persen wajah, wajib, tanpa poni, rambut di sisir ke belakang, oh mensch!! Tampang asli saya terlihat karena foto tersebut tidak boleh di edit dan wajib menggunakan warna kulit asli. Thanks God I have a bright skin hahhaa…

Setelah itu kami mengambil bagasi, koper saya sangat sangat berat, begitupun dengan ransel saya, ketika hendak mengambil troli, saya harus membayar sekitar 1-2 euro atau 50 cent jika ingin menggunakannya. Saat itu saya hanya membawa uang kertas kecil pecahan 10 dan 50 euro. Jadi saya harus mendorong koper sendiri L
Saya dijemput Wahyu, salah seorang sahabat saya yang sudah satu tahun tinggal di Frankfurt. Dia tidak berubah, senangnya punya teman lelaki seperti dia,  Wahyu menjadi petunjuk saya dan Vau untuk bertemu Gastfamilie (GF) karena kami tidak tahu bagaimana mengontak mereka, dan Wahyu bisa menghubungi mereka lewat telpon. Sekitar jam 9 pagi, akhirnya GF saya datang menjemput. Namanya Marc, orang jerman asli, berusia 39 tahun dan sangat tampan. Saya sangat gugup waktu itu karena masih belum lancar berbicara bahasa Jerman. Saya bisa mengerti apa yang mereka katakan namun saya tidak lancar untuk menjawab pertanyaan. Berhubung saya mahasiswa pendidikan, dan ketika kuliah grammar adalah hal yang sangat penting, jadi saya terkadang berpikir hingga 3 kali sebelum berbicara, apakah grammarnya benar? Apakah kata kerjanya sudah di tempat kedua? Apakah? Apakah? Oh, padahal mereka tidak menggunakan grammar dalam berbicara sehari-hari -_-.

Saya melanjutkan perjalanan menuju Odelzhausen, suatu daerah di Bayern bagian atas, hanya setengah jam dari Munchen.  Sepanjang jalan saya melewati Heidelberg, Stuttgart, Augsburg dan berbagai kota lainnya. Langit sangat cerah di sini dan begitu luas, udaranya segar, saya bahkan banyak melihat burung elang, tupai, mereka benar-benar bebas. Padang rumput dimana-mana, benar-benar seluas samudra, seperti melihat laut berwana hijau, kuning, indah sekali.

Perjalanan menuju Odelz sangat melelahkan. Bayangkan, setelah lebih darI 18 jam berada dipesawat, saya harus menempuh jarak 4 jam dengan mobil. Dan itu benar-benar 4 jam tanpa macet. Marc sampai mengendarai mobilnya dengan kecepatan 200 km/jam.

Sesampainya di rumah, wow…. Odelzhausen seperti kompleks perumahan, haha, rumah-rumah berjajar dengan rapih, suasananya benar-benar tenang. Kalau di Jakarta, ini seperti Pantai Indah Kapuk atau Perumahan yang dibangun Podomoro itu lho. Uniknya, di Indonesia hampir seluruh rumah dipagari lebih dari 2 meter. Entah dengan pagar besi berduri, berkawat, ber cctv, atau apapun yang dapat mencegah maling masuk. Di sini banyak rumah tidak berpagar, hanya ada batas rumput setinggi satu meter, atau kayu setengah meter. Kita bisa melihat tetangga dari jalan, dan mereka baik-baik saja, tidak merasa risih.

Saya bertemu dengan GF perempuan saya, namanya Ul, saya sudah 4 bulan berkirim email dan mengobrol via skype dengannya, dia sangat cantik dan baik. Saya diperkenalkan dengan anak-anaknya, Jaar, Matt, dan Ann. Mereka sangat lucu dan ramah. Saya diantar ke lantai paling atas tepatnya atap rumah, menuju kamar saya. Wah, benar-benar seperti yang saya inginkan. Saya sangat ingin sekali tidur di sofa bed. Ketika kuliah saya berpikir untuk membeli sofa bed daripada kasur air, namun niat itu saya urungkan karena kamar kostan saya dulu tidak begitu besar. Kamar saya terdiri dari 3 bagian. Di sebelah kiri ada rak buku dan CD musik, peti besar untuk menyimpan pakaian, sofa single berwarna hitam dan wow, kursi goyang berikut selimutnya. Di bagian tengah ada meja belajar hitam yang mengahadap ke jendela, dari dalam saya bisa melihat jalanan dan rumah tetangga dan ya, langit cerah yeaaayy… Di bagian kanan saya, ada sofa bed berwarna hitam, rak buku lagi, peti, meja kecil dan TV sebesar 30 inci lengkap dengan dvd, vcd, hmm…… keluar kamar ada kamar mandi saya sendiri, atapnya kaca sehingga saya bisa melihat langit, ada wastafel, shower, dan hm, tidak ada pancuran air, saya wudhu menggunakan wastafel, haha dapat kalian bayangkan bukan? Yang membuat saya tidak nyaman adalah tidak adanya penyemprot air untuk wc semuanya menggunakan tissue, tissue basah. Kamar saya rapih dan bersih, seperti rumah baru. Memang jerman beda sekali dengan Indonesia, semuanya serba teratur dan rapih di sini, bahkan tidak ada debu.

Setelah melihat-lihat kamar, saya di ajak ke dapur, diajari bagaimana cara memasak, dengan kompor, oven, microwave, minum melalui keran, ditunjukkan isi kulkas (banyak banget makanannya), isi lemari makanan. Entah Ul tahu atau tidak bahwa saya suka sekali makan, dia mengatakan  ‘alles für dich’, ‘semua yang ada di dapur adalah punya kamu, kamu bisa makan apapun, ada coklat, pudding, ayam, dan ya, saya juga punya beberapa makanan di basement’. Saya di ajak ke basement dan hm… surga daging….. Sebelumnya saya mengatakan bahwa saya tidak memakan daging schwein karena saya muslim, dia mengerti dan benar-benar berhati-hati untuk itu. Ketika hendak memasak daging dia selalu memperlihatkan dan bertanya apakah saya oke dengan ini atau itu, dia bahkan selalu menunjukkan ingredients dari makanan yang hendak dimasak.

Setelah melihat-lihat rumah, saya di ajak untuk berkeliling kompleks, Saya pikir orang di sini sombong-sombong, tidak suka dengan orang asing. Kenyataannya mereka sangat ramah. Kalau orang sunda selalu bilang ‘punteun’ kalau lewat. Mereka selalu menyapa ‘Gruss Got, Halo, Morgen’. Ya, mereka sangat ramah, bahkan kepada saya yang baru tiba, dan sepertinya saya satu-satunya orang asia di sini L

Hri pertama saya penuh dengan makanan, hehe, setelah kekenyangan di dalam pesawat, saya disambut dengan mekanan di rumah, kentang rebus, daging ayam panggang yang sangat besar dan zucchini adalah makan siang saya. Di sore hari ada afternoon tea, saya makan pie blueberry dan kopi, 2 jam kemudian makan malam, wow!!!! Menunya roti dan ayam dan berbagai jenis mayonnaise, butter,dan banyak lagi. Mereka heran ketika saya terus menerus hanya minum dengan air mineral. Ah,memangnya kenapa???

Saya mandi dan sedih karena tidak ada air hangat di shower, padahal udara dingin sekali. Selesai mandi Ul baru menjelaskan bahwa saya harus memutar keran ke kanan agar bisa mendapatkan air panas, whaaatttt…… akhirnya saya tidur menggigil karena saya keramas dengan air dingin dan tidak ada hairdryer. Orang jerman jarang sekali mandi, sepertinya hanya 1-2 kali seminggu saja.

Sekian pengalaman saya di hari pertamaaaa yeay!!!! Dalam tulisan selanjutnya saya akan membagi pengalaman saya berikut foto2 yang seru J) Enjoy reading teman2!!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar