Cerita
berawal dari perjalanan saya dari kampung halaman tercinta menuju kota tempat
belajar saya yg tercinta a.ka Bandung. Saya berangkat bersama kakak perempuan
saya, Bunda. Kami naik bis berwarna biru, yang biasanya memiliki pelayanan yg
memuaskan (yang dimaksud di sini bukan di dalam bis ada pelayan yg sigap
seperti pramugari, tetapi bapa supir yang mengerti kebutuhan penumpang yg ingin
cepat sampai). Namun keberuntungan tidak berpihak kepada kami, bis yang kami tumpangi
berjalan begitu lambat, mulai dari cianjur hingga tol padalarang. Bisa kalian
bayangkan, bahkan di tol pun kecepatan bis boleh dibilang seperti kura2 dikejar
semut, tidak ada semangat hidup. Sekalinya c bapa supir menancap gas, bagian2
bis seolah2 akan terlepas, seperti kakek2 yang dipaksa lari sprint.
Setibanya di daerah Kalapa, kami memutuskan untuk membeli bakso tulang rusuk. Nama tempatnya mungkin ada yang tahu??? Bakso Semar, cabang Cihampelas. Ini kali ketiganya saya makan bakso di tempat itu. Dan malam ini kali pertamanya saya benar2 ‘makan’ bakso sesuai pesanan saya. Bayangkan, ketika pertama kali saya datang ke sana, jika saya diberi kekuatan super, saya pasti menghancurkan tempat itu dan bersumpah tidak akan pernah datang lagi.
Sama
seperti cerita yg sekarang, waktu itu sehabis pulang ‘mudik’, saya datang ke
tempat itu, memesan bakso, lagi2 bersama kaka perempuan saya. 15 menit,
setengah jam, sejam, ya!!! SEJAM kami menunggu pesanan kami belum tiba,
sementara orang2 yang baru saja datang sepuluh menit yang lalu langsung
mendapat pesanan baksonya. Saya pun menanyakan kepada pelayannya, ‘mas, pesanan
saya mana??’ eh mas baksonya balik nanya ‘mbak pesan apa?’ Lho??? Kontan saya
marah dan langsung mendatangi meja kasir, ‘saya sudah pesan bakso sejam yg lalu
dan belum datang juga, maaf saya gak jadi PESAN!!’ . Ibu2 kasir gelagapan, dan
pelayannya bingung,. Setelah di cek ternyata terjadi kesalahan di meja kasir,
nota pesanan saya tersimpan di antara nota2 yang sudah dihitung dan mereka
pikir saya sudah menerima pesanan saya. Ampe lebaran batak juga tuh bakso
semangkok gak akan dateng2 cyiin, cape. Alhasil saya gak jadi makan di tempat
itu, dan memilih bersahabat dengan pedasnya sambal dan gurihnya ayam goreng Bu
Imas.
Kali
kedua saya datang ke tempat itu karena penasaran ingin mencicipi bakso yang
sebelumnya hanya bisa saya lihat. Saya melanggar janji saya yang sebelumnya blg
kalo gak akan datang ke tempat itu lagi. Kali ini saya mengawasi pelayan yang
mengabil nota pesanan saya, dan nota itu pun selamat menuju tempat seharusnya
dia berada. Tapi tetap tidak beruntung, pesanan saya yaitu Mie bakso spesial tulang
rusuk tidak saya dapatkan. ‘Rusuknya abis mba, maaf’. Aaaargghhhhh, sebel. Tiap
datang kesitu pasti ada yg salah, saya akhirnya hanya memesan Mie bakso saja.
Tapi WOW. Baksonya ternyata enak banget!!! Tekstur bakso uratnya pas, tidak
terlalu keras, agak kenyal, benar2 tercampur antara urat, daging, dan bahan
lainnya. Selain itu, kuah baksonya sangat gurih, rasanya seperti kuah sop
daging, bukan kuah bakso. 2 jempol. Kekecewaan saya terobati, dan saya akhirnya
berjanji untuk datang ke tempat itu lagi, karena penasaran dengan si tulang
rusuk yg menjadi signature dish warung bakso itu.
And
here we are again, kembali ke topik yang pertama, yaitu ini kali ketiganya saya
datang ke tempat itu bersama Bunda. Sebelum memesan saya menanyakan dulu apakah
tulang rusuknya masih ada atau tidak. Dan ternyata ‘alhamdulillah yah’ available!!
Setelah hampir sepuluh menit menunggu, pesanan kami datang. Ini yang saya
tunggu selama ini, haruu, bakso spesial tulang rusuk sapi mendatangi meja saya.
Hore. Bakso spesial yang saya pesan terdiri dari satu buah bakso urat besar yang
teksturnya benar2 pas, daging dan uratnya benar2 terasa tapi tidak keras ketika
digigit, ditambah 4 buah bakso kecil yang kenyal2 empuk, tahu goreng kering yag
sebenarnya susahhhh sekali untuk digigit, terlalu keras menurut saya sampai
harus menggunakan tangan untuk memotongnya, tapi rasanya benar2 gurih dan
renyah, lalu toppingnya yang merupakan gong adalah tulang rusuk itu sendiri,
BUAAAANYYAAAAKK banget, memenuhi mangkok sampai2 baksonya tidak kelihatan dan
ketika kita mengaduk baksonya, tulang rusuknya berjatuhan ke meja saking
banyaknya, dan rasanya, mantap. Gak bikin sakit gigi, dagingnya empuk gampang
terlepas dari tulang, yang seru adalah tulang rawannya atau daging yang menyelip diantara tulang yang sangat
gurih rasanya, dan tentu saja, kuahnya, mm,,,, pas banget, asinnya, gurihnya,
panasnya, pas!!! Dan tidak membuat eneg. YUMM
Oh iya, kalau kalian datang bersama teman2,
atau keluarga, makan bakso Semar akan benar2 terasa nikmat. Namun, lain halnya
jika kalian datang bersama pacar yang baru seminggu jadian, atau baru
pedekatean. Saya sarankan, JANGAN. Soalnya kalian diharuskan makan menggunakan
tangan. Kedua tangan. RUSUH BANGET. Susah kalo cuman makan pake sendok,
sensasinya gak akan dapet. Tapi terserah sih. Baiklah, lanjutkan mereview. Selain
bakso yang benar2 enak dan kuah bakso yang panas, sambal cabe yang disajikan di
warung bakso Semar ini juga tak kalah nikmatnya. Kalaupun kalian penggemar
pedas yang bisa dibilang kalau beli bakso itu ‘sambal yang di tambah bakso’,
bukan ‘bakso yang dikasih sambal’, kalian tidak perlu takut. Sambalnya dijamin tidak
membuat kapok dan sakit perut. Yang menarik adalah, mau sambelnya sebanyak
apapun, tidak mengubah citarasa si kuah bakso itu sendiri, rasa sop daging yang
dimiliki bakso itu tetap kuat terasa, namun sekali lagi, tidak membuat eneg. Pilihan
bumbu dan sambal yang ditawarkan pun beragam. Jika kita merasa kuahnya kurang
asin, kita tidak perlu meminta kepada pelayan untuk menambahkan. Dimejanya sendiri
tersedia berbagai macam bumbu, seperti garam, penyedap rasa, merica, dan bumbu
lainnya, seolah kita bisa meracik ulang sendiri sesuai selera kita. Namun hanya
dengan ditambahkan sambal cabe saja bakso tersebut sudah lebih dari nikmat
rasanya. Kalian juga harus mencoba pangsit yang disediakan di sana sebagai
pengganti kerupuk. Rasanya renyah dan gurih, cocok untuk teman makan bakso.
Untuk
harga seporsi bakso spesial yang saya pesan, saya cukup membayar 15 ribu
rupiah, jika ingin tambah mie harganya mencapai 18ribu rupiah. Jika tidak
memakai topping tulang rusuk, bakso urat yang lezat itu dihargai 13ribu rupiah,
harga yang sepadan dengan rasa yang didapatkan.
Sedikit
cerita, saya hobi makan, hobi mengkritik makanan, hobi memuji makanan. Ketika makan
bakso rusuk tersebut bersama Bunda, beliau komentar melihat tulang yang begitu
bersih. Ahahaa... walau sebelumnya selama 2 hari saya makan sop kaki sapi di
rumah. Bayangkan, seharusnya saya merasa eneg untuk makan hal2 yang berbau
daging sapi ataupun tulangnya karena saat malam, sarapan, dan saat makan siang
saya makan sop tulang kaki sapi tanpa henti. Namun kecintaan saya terhadap
makanan membuat saya jadi anti ‘eneg’. Kembali lagi ke tulang yang bersih. Bunda
bertanya ‘de, kamu itu rakus apa laper sih?? Itu tulangnya bersih amat’. Dan saya
mempunyai jawaban yang tepat ‘teliti
bund, saya orangnya teliti, jadi kalo ada daging yang nyelip2 di tulang
rusuknya ya saya usahain buat dimakan semua’. Jawaban yang logis kan. Positif banget
nanggepinnya.. hhaaahaa.. padahal mah laper meureun ya itu teh, ampe gak sadar
kalo makanannya udah abis. Jadi kalau kalian termasuk orang yang selalu
berjuang hingga akhir dalam memakan makanan yang sulit dimakan, kalian tinggal
bilang ‘saya orang yang teliti, jadi kalau makan apa2 pasti habis sampai ke
tulang2nya ’. J
...
Pernah
ketika bibi saya yang jago masak memasak tulang jambal sambal ijo, jari tangan
saya sampai tergores karena terlalu ‘teliti’ mencari daging jambal yang gurih
itu. Akhirnya saya menyimpulkan bahwa bukan saya yang rakus atau salah saya
yang membuat jari tergores, tapi orang yang menciptakan menu olahan seperti tulang rusuk dan tulang jambal. Halo, jelas2
Tuhan menciptakan daging sapi yang lezat dan daging jambal roti yang gurih ,
yang kedua-duanya tidak perlu ketelitian untuk memakannya, tinggal ‘lepp’ (motto
sosis so nice). Tapi kenapa kalian membuat menu dgn bahan seperti itu, dan kenapa
kalian juga memakannya?? Sampai2 ada istilah ‘teliti’ dalam kamus saya, yang
sebenarnya digunakan untuk menutupi ‘hobi makan saya a.ka addict nya saya
terhadap makanan’.
Ya
udah sih. Sekian review saya terhadap semangkok bakso Semar. Saran saya kalau
mau datang ke tempat itu lebih baik di malam hari, karena rusuk yang disediakan
sangat banyak dan pas sekali jika kita makan sesuatu yang hangat ditengah udara
malam yang sejuk di Bandung. Kalau tadi sih hujan derasss banget. Lebih lanjut
kalau kalian datang di sore hari, justru mungkin kalian tidak akan bisa
menikmati kelezatan tulang rusuk di sana karena kehabisan, karena sepertinya
cadangan tulang rusuk baru tiba setelah maghrib. Itu prediksi saya. Warung bakso
semar buka 24 jam lho, keren. Gak kalah sama McD.
Notes
ini bukan ajang berkeluh kesah atau pun promosi. Dan mungkin saya terlalu
berlebihan dalam menggambarkan rasa semangkok bakso yang saya rasakan beberapa
jam lalu itu. saya hanya ingin berbagi, bercerita, curhat, tidak sanggup untuk
pergi ke Jakarta bertemu mamah dedeh dan mengatakan ‘curhat dong mah’. J
jadi ya gini, nulis d notes sm d blog. Sekian. J enjoy yah J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar